Tips membentuk The winning team

Sebuah perubahan tidak dapat bergerak cepat, kecuali kita mempunyai sebuah TheWinning Team yang berorientasi pada nilai-nilai kecepatan.

Kouzes & Posner (2003) menemukan, seorang pemimpin yang melakukan perubahan tidak dapat bekerja sendiri. Baginya, individualistic achievement hanyalah mitos belaka. “Kita tidak bias melakukan hal yang terbaik tanpa orang lain,” ujar mereka berdua.

Tips untuk membentuk The Winning team:

1.Jangan terlalu ambisius dengan membentuk sebuah superteam.
Superteam terdiri dari orang-orangsuperhebat.alih-alih memilih mereka, pilihlah orang-orang yang mau bekerja sama, mau memberikan kontribusi yang saling melengkapi. Orang-orang yang super cenderung tidak bisa bekerja sama dalam team dan merasa bisa bekerja sendiri tanpa tanpa bantuan orang lain. Orang-orang yang biasa saja sesungguhnya sudah cukup untuk membangun team yang tangguh, asalkan mereka punya komitmen yang kuat.

2.Rekrut orang-orang yang komit terhadap kesempurnaan, memiliki standar yang tinggi, memerhatikan detail,danaction oriented.
Jangan merekut orang-orang yang mudah cemas dam memiliki banyak persolan pribadi, sebab ia akan membebani team dengan masalah pribadinya. Carilah orang-orang yang orientasi pada ketelitian dan komitmen tinggi padakesempurnaan, bukan yang sudah sempurna.


3. Berikanlah standar atau ketentuan ketentuan yang jelas.
Team bisa bekerja dengan baik kalau standarnya jelas, namun tetap ada ruang untuk fleksibilitas.


4.Harapkan yang terbaik
Team harus di dorong untuk memaksimalkan potensinya dalam menghasilkan karya yang terbaik.

5.Kuncinya adalah komunikasi
Jangan biarkan mereka saling mengisolasi diri satu sama lain. Semakin anggota team saling mengenal satu sama lain, semakin baik team bekerja. Pada pekerja Jepang biasa pergi karaoke bersama, ngobrol-ngobrol di kedai kopi setelah jam kerja, bahkan mandi berendam bersama untuk memupuk kebersamaan. Hasil, orang-orang biasa itu bias menghasilkan sesuatu yang luar biasa.


6.Berikan perhatian
Pemimpin dapat memberikan semangat kerja team dengan memberikan semangat kerja team dengan memberikan kepercayaan dan mengunjungi team-nya. Tom Peters memperkenalkan konsep WBWA (management by Walking Around). Dengan melakukan kunjungan (walking around), team merasa diperhatikan dan semangat mereka.


7.Personalisasikan penghargaan
Semakin besar perusahaan, semakin terdapat kecendrungan formalitas dan semakin hilang sentuhan pribadi. Padahal anggota team bukanlah sekedar angka, melainkan kumpulan dari dari personal yang diberi penghargaan.


8.Berikan penghargaan team
Jangan berikan penghargaan individual, melainkan berikan penghargaan team sebagaiwujud dari penghargaan.


9.Berikan sentuhan “cross border”
Sebuah team tidak bekerja secara vakum atau terisolasi dari team lainnya. Team-team yang kita bentuk akan bekerja efektif kalau team-team tersebut. Juga di terima oleh teman-teman lainnya dan mereka saling mendukung (supporting). Bila perlu, buat pelatihan-pelatihan cross-border yang sama pentingnya pelatihan-pelatihan kompetensi team.

10.Rayakan bersama
Setiap kali team berhasil mencapai hasil tertentu maka pemimpin team harus mampu membuat perayaan lewat sebuah kegiatan yangyang menunjukkan pengakuan atas kemenangan bersama.

11.Jangan pernah membubarkan “the winning team”
Sebuah team tidak terjadi dengan sendirinya, melainkan melalui sebuah proses yang melibatkan bukan saja kopetensi dan skill, tapi juga emosi dan energi. Sekali team terbentuk, maka kita harus memupuknya, meperkuatnya.


(sumber: Rhenald Kasali Ph,D "change!" PT Gramedia Pustaka Utama.

Antena pada nokia


Pada awal-awal telephon seluler beredar, handset yang diperdagangkan masih dilengkapi dengan antena. Tak pernah ada yang memikirkan bahwa antena tipis tersebut sesungguhnya sangat mengganggu konsumen. Seperti kebanyakan produsen barang-barang teknologi tinggi, Nokia pun hanya tertarik dengan teknologi.Tetapi bagi "Erkki Kuisma", hal ini sungguh mengganggu. Teknisi pada kantor pusat Nokia itu pun segera melakukan penelitian terhadap frekuensi gelombang radio.
Setelah berbincang dengan konsumen, ia sampai pada sebuah gagasan yang dianggap gila oleh orang-orang internal Nokia saat itu: "Bagaimana kalau antena itu disembunyikan didalam handset sehingga tidak perlu mencuat keluar". Erkki sampai pada gagasan itu karena sering mendengar keluhan konsumen yang handsetnya rusak karena antenanya patah, melengkung, ataupun terlepas.
Di lab-nya di Finlandia, Erkki segera mencopot antena itu, memotong-motongnya, dan menutup lubang handset itu. Setelah ia menata ulang bentuk casing-nya dengan alat-alat seperti blow-dyer. Antena baru yang lebih ramping diletakan di dalam tubuh handset bisa bekerja dengan baik!.
kini gagasan itu harus diwujudkan menjadi produk yang dipekerjakan oleh devisi produksi dan dibawa ke pasar oleh devisi pemasaran. Tetapi Erkki memperoleh banyak hambatan. Orang-orang produksi dan pemasaran resisten terhadap gagasan itu. Mereka khawatir konsumen tak mau membeli handset yang tidak ada antenanya. Dibantu oleh atasanya, Yrojo Neuvo,, merekamelakukan presentasi di mana-mana. Di unitpemasaran, R&D, riset meja direksi, dan seterusnya.
Debut perdebatan soal antena itu akhirnya diwujudkan lewat Nokia seri 8800. Produk ini teryata menjadi unggulan di Nokia dan memberikan keuntungan terbesar dalam sejarah Nokia .

(Sumber: Paul Kaihla, "Nokia's Hit Factory" business 2.0 - Agugust 2002)